Rudal Yakhont produksi Rusia |
Salah
satu jenis persenjataan dari Rusia dan China yang memperkuat
pertahanan Indonesia adalah peluru kendali. Peluru kendali paling
canggih yang dimiliki adalah jenis Yakhont buatan Rusia dengan jarak
jelajah (cruising range) 300 kilometer. ”Ini merupakan rudal dengan
jangkauan terjauh yang saat ini kita miliki,” ujar Komandan Gugus
Tempur Laut Armada RI Kawasan Timur Laksamana Pertama Soleman Banjar
Nahor, dalam latihan penembakan rudal Yakhont di perairan Samudra
Hindia beberapa waktu yang lalu.
Keberadaan
Yakhont memang strategis bagi pertahanan Indonesia. Jangkauan 300
kilometer yang dimiliki Yakhont seandainya ditempatkan di pesisir timur
dan utara Sumatera dapat menjangkau Semenanjung Malaya, Thailand
Selatan, serta Kepulauan Nicobar dan Andaman. Seandainya digelar di
Kepulauan Natuna-Anambas, rudal tersebut dapat mencapai sasaran di
sekitar Kepulauan Spratly dan Paracel, yang menurut pengamat Barat
dapat menjadi potensi konflik pada masa depan karena pertentangan
China-Amerika Serikat (AS) yang tentu saja akan berdampak pada ASEAN.
Uji tembak Rudal Yakhont TNI AL beberapa waktu lalu |
Seandainya
digelar di wilayah timur Indonesia, di kawasan Sulawesi Utara, Maluku
Utara, atau Papua, rudal Yakhont dapat menjangkau sasaran di Filipina
selatan hingga Guam, yang menjadi salah satu basis militer terdepan AS.
Adapun di wilayah selatan, di sekitar Kupang dan perairan Timor, rudal
tersebut dapat menjangkau sasaran di Darwin dan sebagian kawasan
Northern Territory Australia.
Soleman
menambahkan, saat ini platform penembakan rudal Yakhont baru dimiliki
kapal Armada RI Kawasan Timur yang relatif lebih besar dibandingkan
dengan kapal milik Armada RI Kawasan Barat. ”Ke depan Armabar juga akan
mampu mengoperasikan Yakhont,” tutur dia.
Seorang
perwira muda di Komando Lintas Laut Militer mengatakan, Yakhont dapat
ditembakkan dari beragam platform, seperti silo-penyimpanan rudal-di
darat, kendaraan tempur, hingga pesawat tempur pengebom seperti Sukhoi.
Penembakan melalui pesawat tempur pengebom tentu menambah jauh
jangkauan serangan rudal Yakhont!
Rudal
dengan hulu ledak (warhead) 300 kilogram bahan peledak itu memiliki
dimensi panjang 8,9 meter, diameter 72 sentimeter, dan memiliki
kecepatan maksimum hingga 2,5 mach (kecepatan suara). Dalam uji tembak
di Samudra Hindia di selatan Selat Sunda, rudal Yakhont menjangkau
sasaran di lautan sebelah selatan Pulau Enggano yang berjarak 250
kilometer dalam enam menit saja.
Kepala
Pusat Penerangan Umum Mabes TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul
mengatakan, keberadaan rudal Yakhont dalam persenjataan TNI lebih
ditujukan sebagai detterent (penangkal) terhadap upaya agresi ataupun
tindakan tidak bersahabat dari negara tetangga. ”Tentu saja kita
mengutamakan perdamaian ASEAN. Apalagi Indonesia adalah negara yang
menjadi teladan di ASEAN,” ungkapnya lagi.
Rudal China
Rudal C-802A produksi China |
Selain
persenjataan Rusia, rudal buatan China juga memperkuat persenjataan
TNI. Soleman menceritakan adanya rudal buatan China tipe C-802A dan
C-705. Rudal itu merupakan jenis ”Exocet” buatan China.
”Sejumlah
kapal perang kita diperlengkapi rudal itu. Sejenis dengan rudal-rudal
yang memperkuat kapal perang Kerajaan Thailand yang juga dibuat China,”
kata Soleman.
Beberapa
tahun lalu, HTMS Taksin yang sempat singgah di Pelabuhan Tanjung
Priok, Jakarta. Kapal latih Angkatan Laut Kerajaan Thailand tersebut
dibuat galangan kapal di Shanghai dan memiliki rudal buatan China. Pekan
lalu HTMS Taksin kembali singgah di Indonesia, tepatnya di Pelabuhan
Benoa, Bali.
Uji tembak rudal C-802 oleh TNI AL |
Rudal
China dengan jangkauan sekitar 70 kilometer hingga 90 kilometer itu
turut memperkuat persenjataan Republik Indonesia. Tentu saja di samping
persoalan embargo, produk persenjataan buatan Rusia dan China lebih
murah jika dibandingkan produk sejenis buatan AS.
Armada
tempur KCR 40 produksi Pelindo Batam KRI Clurit 641 yang sudah
bergabung dengan TNI AL dan selanjutnya KRI Kujang 642 segera diserah
terimakan, juga diperkuat dengan persenjataan China, termasuk rudal
C-802A. Seperti pada tahun 1960-an, persenjataan untuk menjaga wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang waktu itu disegani di belahan
bumi selatan, kembali diperkuat arsenal produksi Blok Timur: Rusia dan
China.
Sumber : IDB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar