JAKARTA--MI: Kepala Staf
Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Imam Sufaat mengatakan TNI AU
berencana membeli satu squadron (16 unit) pesawat tempur Super Tucano
buatan Brazil sebagai pengganti pesawat tempur OV-10 yang telah
dikandangkan sejak tahun 2007.
Dikatakan
Imam, pembelian pesawat Super Tucano ini membutuhkan anggaran US$250
juta. "Pada awalnya dianggarkan hanya US$200 juta, tapi karena informasi
dari produsen harganya naik maka anggarannya tidak cukup US$13 juta per
unit. Karena itu, TNI AU mengusulkan tambahan anggaran US$50 juta tahun
2010 sehingga total anggaran menjadi US$250 juta," kata Imam saat Rapat
Kerja dengan Komisi I DPR bersama Menteri Pertahanan Purnomo
Yusgiantoro.
Rapat
tersebut juga dihadiri oleh Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso, Kepala
Staf Angkatan Laut, Laksamana Agus Suhartono, Wakil Menhan, Jenderal
TNI Sjafrie Sjamsuddin, dan Wakil Kasad Letjen TNI Yohanes Suryo Prabowo
yang digelar di ruang Komisi I DPR Senayan Jakarta, Senin (22/2).
Kasau
menjelaskan, rencana pembelian pesawat Super Tucano ini telah diprogram
dalam dua tahun anggaran yaitu tahun 2009 dianggarkan US$148 juta dan
tahun 2010 sebanyak US$52 juta.
Menurut
Imam, keunggulan pesawat jenis super tucano ini tidak hanya lebih murah
dibandingkan dengan pesawat tempur jenis F-16, akan tetapi paling murah
biaya operasinya. Untuk satu jam operasi pesawat Super Tucano hanya
membutuhkan US$70.
"Saya
berharap Komisi I DPR, Menhan dan Panglima TNI bisa mendukung realisasi
lebih cepat pembelian pesawat Super Tucano tahun 2010 ini," katanya.
Kasau juga menjelaskan, pesawat Super Tucano ini merupakan pesawat
tempur taktis yang berfungsi sebagai counter insurgency, dan sebagai
pesawat remote air control (pesawat kontrol udara). Artinya, apabila ada
pesawat yang lebih kencang seperti F-16 bisa memberitahu sasarannya.
Keunggulan lainnya, kata Kasau, pesawat Super Tucano mampu membawa
amunisi minimal 1500 kilo gram. Selain itu, pesawat Super Tucano juga
digunakan oleh banyak negara termasuk AS. Pesawat Super Tucano juga
lebih unggul karena bisa beroperasi minimal tiga jam.
Di
Brazil, menurut Kasau, pesawat Super Tucano ini berhasil mengurangi
illegal logging, trafficking. "Spesifikasi pesawat tempur Super Tucano
ini lebih baik dan lebih besar. Digunakan sebagai pesawat temput taktis
dan counter insurgency serta remote air control, dan juga akan digunakan
sebagai pesawat intai," katanya.
Kasau
menambahkan, proses pembelian pesawat Super Tucano sudah berjalan sejak
2007, dan proses pengumuman juga sudah berjalan. TNI AU termasuk Komisi
I DPR periode 2004-2009 sudah melakukan peninjauan di pabriknya pada
Februari 2007.
Menurutnya,
TNI AU sangat membutuhkan pembelian pesawat temput jenis Super Tucano
untuk menggantikan pesawat temput jenis OV-10 yang dikandangkan setelah
ada kecelakaan pada 4 Oktober 2007. (ST/OL-7)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar