Namun harapan tinggal harapan, tahun telah berganti tahun, namun program pengadaan kapal selam TNI-AL makin lama makin menjadi tidak jelas. Malah dari kabar terakhir, makin kelihatan bahwa Kilo sudah semakin jauh dari harapan untuk dapat memperkuat TNI-AL. Malah yang makin santer adalah Changbogo Class buatan Korea Selatan yang memiliki kans besar untuk memperkuat kekuatan kapal selam TNI-AL. Hal ini makin diperkuat dengan berhasilnya T-50 Golden Hawk untuk memperkuat TNI-AU mengalahkan Yak-130 yang merupakan contender yang sangat kuat di awal tender. Terlebih lobi kuat dan intens yang terus dilakukan oleh Presiden Korea Selatan Lee Myung Bak dan terakhir kunjungan parlemen Korea Selatan bidang pertahanan ke Indonesia semakin memperlihatkan kemungkinan besar kearah pengadaan Chongbogo Class untuk TNI-AL.
Oleh karena itu ada baiknya sama-sama kita review bagaimana sebenarnya kapal selam Changbogo Class dari Korea Selatan ini.
Secara teknis, Changbogo Class adalah lisensi dari U-209/1200 yang dibuat oleh pabrik Daewoo Shipbuilding Korea Selatan. Daewoo Shipbuilding sudah membuat 9 kapal selam sejenis untuk angkatan laut Korea Selatan. U-209 sendiri didesain untuk menghancurkan kapal selam lawan, kapal permukaan, melindungi pangkalan kawan, dan misi pengintaian. Secara umum Changbogo Class serupa dengan Atilay Class Submarine milik Turki yang memiliki penekanan pada penggunaan sistem sensor dan persenjataan buatan Jerman.
Pada saat menyelam, kapal selam ini dapat menyelam sampai kedalaman 250 m. Dengan dilengkapi dengan 4 MTU mesin diesel, kapal selam ini dapat melaju dengan kecepatan maksimum 21 knots (posisi menyelam) dan 11 knots (posisi permukaan). Kapal ini dapat membawa 8 buah 533mm/21 inch torpedo di haluan dan dipersenjatai dengan total 14 torpedo atau 28 ranjau laut. Kapal selam ini juga mampu untuk beroperasi secara terus menerus selama 2 bulan dengan 40 orang kru. Di bawah ini merupakan tabel spesifikasi teknis dari Changbogo Class :
Entered service |
1993 |
Crew |
33 men |
Diving depth (operational) |
250 m |
Diving depth (maximum) |
? |
Sea endurance |
? |
Dimensions and displacement |
|
Length |
56 m |
Beam |
6.2 m |
Draught |
5.5 m |
Surfaced displacement |
1 100 tons |
Submerged displacement |
1 285 tons |
Propulsion and speed |
|
Surfaced speed |
11 knots |
Submerged speed |
22 knots |
Diesel engines |
4 x 3 810 hp |
Electric motors |
1 x 4 595 hp |
Armament |
|
Torpedoes |
8 x 533-mm bow tubes for 14 torpedoes |
Other |
28 mines in place of the torpedoes |
Satu hal positif dari pengadaan alutsista dari Korea Selatan, pihak Korea Selatan sangatlah terbuka dalam proses ToT atau Transfer of Technology . Hal ini sudah terbukti dari suksesnya ToT dari pengadaan LPD oleh PT. PAL. Sangatlah mungkin apabila Changbogo Class menjadi bagian dari TNI-AL, maka proses kemandirian alutsista Indonesia akan menjadi sangat lengkap dengan penguasaan teknologi kapal selam.
Namun demikian, patutlah diingat bahwa Changbogo Class bukanlah kapal selam dengan teknologi terbaru. Kapal selam ini merupakan kapal selam dengan teknologi tahun 80an. Maka apabila Changbogo Class menjadi bagian dari TNI-AL, maka kemampuan yang harus dimiliki haruslah mumpuni sehingga tidak menjadi sekedar anjing kampung tetapi dapat menjadi anjing herder. Changbogo Class milik TNI-AL haruslah dilengkapi dengan AIP ( Air Independent Propulsion) untuk mendongkrak daya senyapnya. Sistem kontrol, kontrol senjata, navigasi, dan pengindraan haruslah sistem yang tercanggih dan dilengkapi dengan passive towed array sonar. Selain itu untuk mendongkrak deterrence-nya, TNI-AL harus melengkapi kapal selam ini dengan VLS untuk Harpoon SSM atau Yakhont.
Jalasveva Jayamahe, di laut kita jaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar